Live Stream

Masih Adakah Dedikasi Disaat Kantor Sepi???

03/06/10

Masih ingat pepatah ’Kucing pergi, tikus menari’ ? Jaman sekarang tubuh tikus
hampir seukuran kucing, sehingga kucing tidak lagi berselera mengganggu tikus.
Tapi, pepatah itu masih relevan hingga kini. Terlebih lagi, jika dikaitkan
dengan prinsip kepemimpinan atau leadership, dan kinerja atau performance.
Dalam konteks ini, kita bisa menguji kedua hal diatas ketika Umat Islam
merayakan Iedul Fitri, atau saat Kaum Kristiani merayakan Natal. Tahukah anda
mengapa demikian? Karena, itu adalah saat-saat dimana para atasan dan kolega
pergi liburan. Walhasil, suasana kantor menjadi sunyi senyap. Lantas, apakah
disaat senyap seperti itu kinerja anda naik dan menjadi lebih baik, atau malah
turun menukik?

Seorang karyawan terlihat sibuk didepan komputernya dengan tampang yang serius.
Mungkinkah dia termasuk karyawan yang sungguh-sungguh dalam bekerja?
Kelihatannya sih demikian. Namun, ketika karyawan itu menyadari bahwa
atasannya berdiri tepat dibelakangnya, dan melihat seluruh tampilan dilayar
komputernya; mendadak wajah karyawan itu berubah menjadi pucat pasi. Pada
kesempatan lain, seorang karyawan buru-buru menutup layar monitor laptopnya
ketika boss besar memasuki ruang rapat. Kita tentu mafhum; mengapa seseorang
tidak ingin atasannya mengetahui apa yang sedang dilakukannya.

Kedua peristiwa yang saya ceritakan diatas bukan kisah rekaan semata. Dan itu
sudah cukup menggambarkan betapa banyak orang yang tidak sungguh-sungguh
bekerja pada saat seharusnya mereka bekerja. Jika saat para atasan berada
dikantor saja banyak karyawan yang tidak sungguh-sungguh bekerja, maka bisa
dibayangkan betapa banyak karyawan yang menyia-nyiakan amanah seperti itu
disaat musim libur panjang tiba?

Padahal, salah satu ciri karyawan yang baik adalah; bekerja dengan
sungguh-sungguh meski tidak seorangpun mengawasinya. Oleh karena itu, kita bisa
mengukur apakah kita ini karyawan yang baik atau bukan justru pada saat atasan
kita tidak berada di tempat. Dengan kata lain, musim libur panjang seperti
Iedul Fitri dan Natal adalah saat yang tepat untuk membuktikan kualitas diri
kita sebagai seorang profesional.

Sewaktu saya masih kecil, guru mengaji saya menceritakan kisah tentang seorang
anak yang tengah menggembalakan kambing yang jumlahnya banyak sekali. Suatu
hari seorang lelaki tak dikenal menghampirinya, dan berkata; ”Nak, jual satu
ekor kambingmu itu kepadaku.” Sambil dikeluarkannya uang dari dalam saku.

”Maaf Tuan, kambing-kambing ini bukan milik saya. Jadi tidak akan saya jual.”
sahut anak itu.
”Sudahlah, Nak. Jumlah kambing itu sangat banyak. Majikanmu tidak akan tahu
kalau berkurang satu.” Orang itu meyakinkan.
”Benar Tuan. Majikanku tidak akan tahu kalau beberapa ekor kambing yang
kugembalakan ini hilang.” Sahutnya. ”Tetapi Tuan,” lanjutnya. ”Tuhanku Yang
Maha Melihat senantiasa memperhatikan semua yang aku lakukan ketika
menggembalakan kambing-kambing ini.”

Lelaki pendatang itu tertegun sesaat. Lalu memeluknya erat. Dan berkata;”Kamu
benar anakku. Tidak ada satu tempatpun dimuka bumi ini yang tidak terlihat oleh
Tuhan.” Guru ngaji saya mengatakan bahwa lelaki asing itu bernama Umar Bin
Khatab. Seorang Khalifah yang gemar menyamar.

Hari ini, kita mendapatkan anugerah yang tak ternilai dalam bentuk pekerjaan
yang dipercayakan oleh perusahaan. Dan hari ini, kita mendapatkan pengingat
dari gembala kecil itu. Karena, bekerja bukan semata-mata untuk menyenangkan
majikan. Bekerja adalah sarana pengabdian kepada Tuhan. Sebab, Tuhan telah
menganugerahkan begitu banyak potensi melalui kesempurnaan penciptaan diri
kita. Sehingga, menyia-nyiakan amanah dari perusahaan, pada hakekatnya
menyia-nyiakan anugerah Tuhan.

Malu kita seandainya diusia yang sudah dewasa seperti ini masih berprinsip
untuk bekerja dengan baik hanya jika ada atasan. Bukan malu karena takut
ketahuan atasan. Tapi malu bahwa kita selalu diperhatikan oleh Tuhan. Padahal,
Tuhan menyediakan pahala untuk setiap perbuatan baik yang kita lakukan.
Artinya, jika kita bekerja dengan baik, maka bukan hanya gaji dari perusahaan
yang kita dapatkan. Melainkan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dari itu.
Mengapa? Karena, setinggi apapun gaji yang anda terima; belum tentu sepadan
dengan pengorbanan yang anda berikan. Sedangkan imbalan dari Tuhan? Tidak
pernah lebih sedikit dari usaha yang kita upayakan. Bahkan, karena Tuhan itu
Maha Pemurah; maka Dia menyediakan pahala yang berlipat-lipat. Bagi
hamba-hambanya yang bekerja dengan tulus ikhlas. Yaitu, orang-orang yang
bekerja bukan karena pengawasan orang lain. Melainkan mereka yang
mempersembahkan setiap pekerjaan yang dilakukannya sebagai wujud pengabdian
kepada Tuhan. (didik_Yellow.net)

0 komentar:

Follow

free counters